
Bullying atau perundungan bukan hanya masalah di dunia nyata, tetapi juga sering diangkat ke layar kaca. Korea Selatan, yang industri film dan dramanya sangat berkembang, dikenal berani membicarakan isu-isu sosial, termasuk bullying.
Lewat film, para sineas Korea berusaha menunjukkan bagaimana bullying menghancurkan kehidupan korban, bagaimana masyarakat sering menutup mata, serta bagaimana dampaknya bisa bertahan seumur hidup. Bagi penonton, film-film ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan cermin untuk merenungkan isu sosial yang masih relevan hingga sekarang.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 film Korea tentang bullying yang wajib ditonton. Setiap film memiliki kisah yang berbeda, tetapi semuanya menyampaikan pesan kuat tentang bahaya perundungan.
1. Silenced (2011)

Film yang juga dikenal dengan judul asli Dogani, dibintangi oleh aktor populer Gong Yoo. Ceritanya diangkat dari kisah nyata yang terjadi di sebuah sekolah untuk anak tunarungu di Gwangju.
Kisahnya berawal ketika seorang guru baru menemukan bahwa murid-murid di sekolah tersebut menjadi korban pelecehan seksual dan perundungan sistematis oleh staf sekolah. Awalnya, kasus ini ditutup rapat, tetapi berkat keberanian guru dan dukungan masyarakat, akhirnya kasus ini terungkap ke publik.
Yang membuat Silenced begitu berpengaruh adalah dampaknya di dunia nyata. Setelah film ini dirilis, masyarakat Korea marah dan mendorong pemerintah untuk memperketat hukum terkait kejahatan seksual terhadap anak. Lahir pula yang disebut sebagai “Dogani Law” sebagai bentuk perubahan hukum nyata.
📌 Pesan moral: Bullying dan pelecehan bisa terjadi di lingkungan mana saja, dan suara korban harus didengar serta dilindungi.
2. Bleak Night (2011)

Film ini termasuk dalam kategori drama remaja psikologis. Ceritanya mengikuti kehidupan tiga sahabat SMA: Ki-tae, Hee-joon, dan Dong-yoon. Hubungan pertemanan mereka mulai retak ketika bullying dan konflik internal terjadi.
Kisah makin kompleks ketika salah satu dari mereka meninggal dunia. Sang ayah yang berduka kemudian mencoba menelusuri apa yang sebenarnya terjadi di masa sekolah putranya. Lewat alur maju-mundur, penonton diajak melihat bahwa bullying bisa muncul dari rasa iri, cemburu, dan ketidakmampuan remaja dalam mengontrol emosi.
Bleak Night mendapat pujian kritis karena penyutradaraannya yang realistis dan emosional. Film ini menunjukkan bahwa bullying tidak selalu terlihat jelas dari luar, tetapi bisa menggerogoti hubungan pertemanan hingga menimbulkan tragedi.
📌 Pesan moral: Bullying bukan hanya masalah sekolah, tapi bisa menghancurkan persahabatan dan keluarga.
3. Nightmare (2000)

Film bergenre horor-thriller ini mungkin tidak setenar drama lain, tetapi menawarkan sudut pandang yang unik. Ceritanya tentang sekelompok mahasiswa yang dulunya pernah melakukan bullying terhadap seorang teman.
Namun, setelah korban meninggal secara tragis, mereka mulai dihantui oleh arwahnya. Satu per satu, para pelaku merasakan konsekuensi dari tindakan mereka di masa lalu.
Meskipun bergenre horor, Nightmare sebenarnya mengandung kritik sosial. Film ini menggambarkan bahwa bullying bisa meninggalkan “hantu” dalam arti harfiah maupun psikologis. Luka akibat perundungan tidak pernah benar-benar hilang, bahkan bisa membayangi pelaku seumur hidup.
📌 Pesan moral: Setiap perbuatan bullying meninggalkan jejak dan bisa berbalik menghantui pelaku.
4. The King of Pigs (2011)

Ini adalah film animasi dewasa yang cukup kontroversial saat rilis. Tidak seperti animasi pada umumnya, The King of Pigs menampilkan cerita kelam dan penuh kekerasan.
Dua pria dewasa bertemu kembali setelah lama tidak berjumpa. Mereka mengenang masa-masa sekolah menengah, di mana mereka pernah menjadi korban bullying brutal oleh teman sekelas yang lebih kaya dan berkuasa.
Film ini secara gamblang memperlihatkan ketidakadilan sosial di sekolah: murid dari keluarga miskin sering menjadi korban, sementara yang kaya menggunakan statusnya untuk menindas.
Dengan visual yang keras dan dialog emosional, The King of Pigs menjadi salah satu film yang membuka mata tentang bagaimana luka akibat bullying bisa membentuk kepribadian seseorang hingga dewasa.
📌 Pesan moral: Bullying meninggalkan luka jangka panjang yang sulit disembuhkan.
5. Homeroom (Banguihwang, 2003)

Film ini mungkin tidak seterkenal Silenced, tetapi punya pesan yang menyentuh. Homeroom bercerita tentang seorang murid yang sering menjadi korban bullying di kelasnya. Namun, ada seorang guru yang peduli dan berusaha melindunginya.
Hubungan antara guru dan murid ini menjadi inti cerita. Film ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang dewasa dalam mencegah bullying. Dukungan dari guru, orang tua, dan masyarakat bisa mengubah hidup korban secara signifikan.
📌 Pesan moral: Dukungan dan empati dari lingkungan sekitar sangat penting untuk menghentikan perundungan.
Kesimpulan
Kelima film di atas memperlihatkan sisi gelap bullying dalam berbagai bentuk: dari kekerasan fisik, pelecehan seksual, tekanan psikologis, hingga trauma yang bertahan hingga dewasa.
Dengan menonton film-film ini, kita bukan hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga pelajaran berharga tentang pentingnya empati, keberanian melawan ketidakadilan, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang.
Bagi generasi sekarang, isu bullying harus menjadi perhatian serius. Film adalah media yang kuat untuk membuka mata kita bahwa bullying bukan sekadar “kenakalan remaja”, melainkan masalah sosial yang bisa berdampak fatal.
Baca jua :