Tren multiverse semakin mendominasi film modern karena membuka peluang cerita tanpa batas, fan service, dan eksplorasi karakter lintas semesta. Simak alasan multiverse populer, dampaknya pada industri film, serta tantangan agar cerita tetap kuat.
Beberapa tahun terakhir, kata “multiverse” makin sering muncul dalam dunia film—bukan hanya di genre superhero, tapi juga drama, sci-fi, animasi, hingga komedi. Multiverse menjadi semacam “mesin cerita” baru: membuka pintu ke kemungkinan tak terbatas, versi alternatif karakter, realitas paralel, dan dunia yang bisa “di-reset” tanpa menghapus kontinuitas sepenuhnya.
Namun pertanyaannya: kenapa tren ini begitu kuat sampai terasa menguasai film modern? Dan apa dampaknya—baik bagi kreativitas maupun penonton?
1) Apa Itu Multiverse dalam Konteks Film?
Dalam storytelling film, multiverse adalah konsep bahwa:
- ada banyak semesta/realitas paralel
- tiap semesta bisa punya versi berbeda dari karakter dan peristiwa
- semesta-sementa ini bisa saling berhubungan atau bertabrakan
Berbeda dengan “timeline tunggal”, multiverse memungkinkan cerita berkembang ke arah yang tidak terbatas—bahkan ketika satu cerita terasa “mentok”.
2) Kenapa Multiverse Jadi Tren Besar?
A) Memberi Kebebasan Kreatif Tanpa Batas
Multiverse membuat kreator bisa bertanya:
- “Kalau tokoh ini mengambil keputusan berbeda, apa yang terjadi?”
- “Bagaimana jika dunia ini punya aturan lain?”
- “Bagaimana jika genre-nya diubah total?”
Hasilnya: cerita bisa lebih liar, lebih segar, dan tidak terikat formula satu dunia.
B) Fan Service yang “Resmi” dan Terlihat Spektakuler
Multiverse memungkinkan:
- cameo karakter ikonik
- pertemuan antar versi karakter
- nostalgia dari karya lama
Hal ini kuat secara emosional, karena penonton merasa “rewarded” atas memori dan fandom mereka.
C) Strategi Franchise: Memperpanjang Umur Semesta Cerita
Banyak studio membangun IP jangka panjang. Multiverse menawarkan solusi:
- memperkenalkan karakter baru tanpa memutus yang lama
- mengubah aktor/versi karakter dengan alasan naratif
- membuka jalur spin-off dan crossover
Secara bisnis, multiverse itu “mesin ekspansi”.
D) Penonton Modern Suka Lore, Teori, dan Diskusi
Era media sosial membuat film tidak berhenti di bioskop. Penonton:
- bikin teori
- membahas easter egg
- mengulik detail kecil
Multiverse adalah bahan bakar sempurna untuk diskusi semacam ini.
E) Relevan dengan Tema Zaman: Identitas dan “Versi Diri”
Di balik spectacle, multiverse sering memuat tema yang dekat dengan manusia modern:
- “versi terbaik dari diriku itu yang mana?”
- “bagaimana jika aku memilih jalan hidup lain?”
- “apakah aku puas dengan hidup saat ini?”
Makanya multiverse bisa masuk ke genre yang lebih emosional, bukan sekadar action.
3) Bagaimana Multiverse Mengubah Cara Film Dibuat?
A) Struktur Cerita Jadi Lebih Kompleks
Film multiverse sering memakai:
- timeline bercabang
- aturan dimensi
- logika sebab-akibat yang berlapis
Ini menuntut penulis skenario membuat “aturan main” yang konsisten agar penonton tidak bingung.
B) Visual dan VFX Jadi Identitas Utama
Multiverse biasanya butuh:
- desain dunia yang berbeda-beda
- transisi dimensi (portal, glitch, warp)
- gaya visual unik per semesta
Makanya film multiverse sering terlihat sangat “visual-driven”.
C) Universe Building Lebih Penting dari Plot Tunggal
Cerita tidak hanya tentang satu konflik, tapi tentang:
- hukum dunia
- konsekuensi lintas semesta
- hubungan antar karakter dari realitas berbeda
Film jadi terasa seperti “bagian dari peta besar”.
4) Dampak Positif Tren Multiverse
Tren ini punya beberapa sisi baik:
- mendorong inovasi visual dan narasi
- membuat genre campuran lebih diterima (action + komedi + drama + absurd)
- menghidupkan kembali IP lama dengan cara yang lebih modern
- membuka ruang untuk cerita karakter yang lebih dalam lewat versi alternatif
Multiverse bisa jadi cara kreatif untuk mengeksplorasi emosi manusia dengan skala besar.
5) Tantangan dan Risiko: Saat Multiverse Jadi Terlalu Berlebihan
Di sisi lain, multiverse juga punya jebakan:
A) Taruhan Emosi Menurun (“Kalau mati bisa balik lagi”)
Jika karakter bisa diganti versi lain, penonton bisa merasa:
- kematian tidak final
- konflik terasa kurang serius
B) Cerita Terasa Rumit Tanpa Tujuan
Beberapa film membuat multiverse sekadar gimmick:
- terlalu banyak aturan
- terlalu banyak cameo
- tapi konflik emosinya tipis
Hasilnya: penonton lelah dan tidak merasa “terikat”.
C) Ketergantungan pada Franchise
Multiverse sering kuat dalam franchise besar, tapi bisa membuat film:
- terlalu bergantung pada referensi karya lain
- sulit dinikmati oleh penonton baru
D) Risiko “Semua Bisa Terjadi, Jadi Tidak Ada yang Penting”
Kalau semua kemungkinan valid, cerita bisa kehilangan fokus. Di sinilah pentingnya penulis menjaga “inti emosi” tetap jelas.
6) Kunci Multiverse yang Bagus: Emosi Tetap di Depan
Film multiverse yang benar-benar berhasil biasanya punya satu rahasia:
multiverse itu latar, bukan inti.
Intinya tetap:
- hubungan karakter
- konflik emosional
- pilihan moral
- pertumbuhan tokoh
Multiverse hanya memperbesar panggung agar pertanyaan emosional itu terasa lebih dalam dan lebih dramatis.
7) Arah Masa Depan: Multiverse Akan Bertahan atau Redup?
Kemungkinan besar, multiverse tidak akan hilang—tapi akan berevolusi:
- lebih selektif dan lebih fokus
- tidak hanya untuk crossover, tapi eksplorasi tema manusia
- muncul pendekatan yang lebih sederhana agar mudah diikuti
Seiring penonton makin cerdas, multiverse yang “asal ramai” akan ditinggalkan. Yang bertahan adalah multiverse yang punya cerita kuat.
Kesimpulan
Tren multiverse menguasai film-film modern karena memberi kebebasan kreatif, memperpanjang umur franchise, memuaskan nostalgia, dan cocok dengan budaya diskusi era digital. Namun multiverse bukan jaminan film bagus—tanpa inti emosi dan aturan yang konsisten, ia bisa terasa melelahkan dan menurunkan taruhan cerita. Pada akhirnya, multiverse terbaik adalah yang menggunakan banyak semesta untuk menceritakan satu hal yang paling manusiawi: pilihan, penyesalan, dan versi diri yang ingin kita jadi.
Baca juga ;




